Saat dasawarsa pertama abad ke-21 hampir berakhir, Indonesia muncul sebagai negara berpendapatan menengah, kuat secara ekonomi, stabil secara politik, serta semakin percaya diri dan mengemuka secara global. Hal ini sama sekali tidak terbayangkan di satu dasawarsa lalu, saat Indonesia mengalami krisis ekonomi besar yang mengakibatkan kerusakan ekonomi pada jutaan rumah tangga, peningkatan tajam dalam tingkat kemiskinan, penurunan PDB sebesar 13 persen, dan kenyarisan kebangkrutan dalam sektor keuangan. Krisis ekonomi mengakibatkan runtuhnya Orde Baru, menghasilkan masa pergolakan politik yang ditandai beberapa perubahan dalam pemerintahan dan memuncaknya ketegangan separatisme.
Selama dasawarsa terakhir, sistem fiskal dan politik Indonesia telah mengalami transformasi. Walaupun jarang disebutkan, Indonesia ternyata juga tengah berada dalam pergeseran demografis dan geografis yang mendasar. Indonesia sekarang merupakan negara perkotaan karena lebih dari 50 persen penduduknya tinggal di daerah perkotaan. Dan dalam lima tahun ke depan, penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang, di mana sekitar 60 persennya tinggal di perkotaan. Di saat yang sama, akan terjadi penurunan tingkat kesuburan dan peningkatan tajam dalam jumlah penduduk usia tua, yang akan menjadikan Indonesia terus menikmati ""berkah demografis"" dalam dasawarsa mendatang karena penduduk berusia kerja meningkat terhadap kelompok populasi lainnya.
Karena prestasi Indonesia di masa lalu, sangatlah mungkin untuk membayangkan Indonesia baru di dasawarsa mendatang sebagai tempat bagi setiap anak mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas dan menyelesaikan pendidikan menengah; Indonesia yang jalan rayanya yang menghubungkan Surabaya dengan Jakarta dan Medan serta menyediakan akses pasar dan jalur ekonomi ke kota dan desa yang dilewatinya; Indonesia yang berdaya saing global bukan hanya di sektor berbasis komoditas yang merupakan keunggulan alaminya, tapi juga dalam beberapa industri jasa dan manufaktur; dan Indonesia adalah tempat di mana bangsanya dapat menikmati akses ke pelayanan kesehatan berkualitas yang terjangkau. Jika Indonesia dapat meneruskan mengembangkan fondasi makroekonomi dan stabilitas politik yang telah dibentuknya serta mempercepat pertumbuhan sekaligus memastikan pertumbuhan yang merata dan berkesinambungan, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara berpendapatan menengah yang dinamis, kompetitif dan inklusif dalam dasawarsa mendatang.
Namun, untuk mewujudkan visi dan potensi kebangkitan Indonesia, masih banyak hal yang harus dilakukan. Pertumbuhan telah kembali dimulai dan menguat, tapi infrastruktur tetap buruk dan iklim investasi tetap lemah. Tingkat pertumbuhan tinggi tidak mengurangi kemiskinan sebesar yang diharapkan, dan sejumlah besar penduduk tetap rentan terhadap kemiskinan. Di sisi lapangan kerja, terjadi tanda-tanda pemulihan yang positif dalam lima tahun terakhir, tapi Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangganya yang lebih makmur dalam menciptakan pekerjaan di sektor non-pertanian dan bernilai tambah tinggi. Akibat kondisi geografis, kesenjangan pendapatan, kualitas kesehatan, air dan sanitasi serta penyampaian layanan pendidikan di tingkat daerah yang buruk, kinerja Indonesia dalam pemerataan hasil pembangunan belum memadai, walaupun sesungguhnya sudah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam anggaran belanja untuk publik. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kualitas lingkungan Indonesia menurun dan sumber daya alamnya menurun tanpa dapat dipulihkan.
Selama empat puluh tahun terakhir Indonesia telah menikmati buah manis demografis dengan berkurangnya kesuburan telah memangkas jumlah anak (umur 0 hingga 14) pada populasi tanpa peningkatan jumlah manula (umur 65 ke atas). Dan sebagai akibatnya, rasio ketergantungan—rasio anak dan manula (yang bergantung) kepada populasi usia kerja—telah terus menyusut dari di atas 0,8 di tahun 1970 menjadi sekitar 0,5 di tahun 2009.
Tetapi celah kesempatan kependudukan ini akan menutup pada dekade berikut. Suatu waktu di antara tahun 2020 dan 2025 rasio ketergantungan Indonesia akan mulai meningkat lagi, karena jumlah manula di populasi akan mulai meningkat tajam, mengimbangi penurunan jumlah anak dan juga peningkatan populasi usia kerja. Pada dekade berikut jumlah penduduk berusia di atas 65 diperkirakan akan meningkat sebesar 4 juta jiwa, kira-kira sebesar peningkatannya pada dekade yang lalu. Tetapi antara tahun 2020 dan 2030, jumlah manula akan meningkat sebesar 8 juta, dan pada tahun 2030 jumlah manula dalam populasi Indonesia diperkirakan akan mencapai 10 persen. Dari sudut pandang kependudukan, dekade berikut merupakan dekade penentu bagi Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar